Selasa, Februari 03, 2009

Membandingkan Karakter Umat Islam dan Bangsa Yahudi, Dulu dan Sekarang

Inilah sebagian dari karakter umat Islam dibandingkan dengan bangsa Yahudi di masa Rasulullah saw, para sahabat dan beberapa ratus tahun sesudahnya. Mungkin bisa menjadi bahan introspeksi, apakah kita, umat Islam saat ini memiliki karakter seperti umat Islam atau lebih mirip dengan karakter bangsa Yahudi pada saat itu?.


1. Umat Islam saling menyayangi dengan sesama mereka dan sangat keras terhadap orang-orang kafir :
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang dengan sesama mereka….”. (Al Fath : 29)

Sedangkan sikap bangsa Yahudi adalah sebaliknya :
“Mereka tidak akan memerangi kalian dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka sangatlah hebat. Kamu kira mereka itu bersatu, padahal hati mereka berpecah belah. (Al Hasyr : 14)

2. Umat Islam semakin banyak, semakin kuat dan ditakuti umat yang lain
“…. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat. Dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menguatkan tanaman itu, lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati para penanamnya, karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin)”. (Al Fath : 29)

Adapun keadaan bangsa Yahudi adalah sebaliknya :
Mereka sekali-kali tidak akan dapat membahayakan kalian, selain dari gangguan berupa celaan saja, dan jika mereka berperang dengan kalian, pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang. Kemudian mereka tidak mendapat pertolongan”.
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia (yakni perlindungan dari umat Islam). Dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan diliputi kerendahan”.
(Ali Imran : 111-112)

Di antara bangsa Yahudi yang berada di Madinah merupakan sekelompok minoritas yang dikategorikan kafir dzimmy, yakni kafir yang dilindungi umat Islam karena mereka tidak mengganggu umat Islam dan tunduk kepada peraturan yang berlaku di lingkungan umat Islam.

3. Tidak terlalu mencintai dunia dan tidak takut mati :
“Sesungguhnya kalian mengharapkan mati (syahid) sebelum kalian menghadapinya. (Sekarang) sungguh kalian telah melihatnya dan menyaksikannya”. (Ali Imran : 143)

Beberapa abad lamanya umat Islam mengalami masa kejayaan. Dan pada masa itulah mereka menguasai ilmu pengetahuan dan berbagai kemajuan. Umat Islam dan para ulamanya tidak terlalu mencintai dunia seperti harta, pujian, popularitas dan hal-hal dunia lainnya. Di antara contoh kutipan perkataan orang berilmu pada masa itu, yakni Imam As Syafi’ie :
“Aku menginginkan agar orang-orang belajar dari ilmuku ini dan mereka tidak menghubungkannya sedikitpun kepadaku. Sehingga aku akan diberi pahala oleh Allah dan mereka tidak perlu memujiku”. (Fiqh al ‘Ibadaat ‘ala Madzhab As Syafi’ie)

Sedangkan sikap bangsa Yahudi adalah sebaliknya :
“Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling rakus kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih rakus lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan”. (Al Baqarah : 96)

4. Umat Islam menta’ati Rasulullah saw dan para ulama dalam rangka ketaatan mereka kepada Allah. Umat Islam berkeyakinan bahwa jangankan para ulama, para nabi sekalipun tidak layak untuk disembah atau disejajarkan dengan Allah dan hanyalah Allah yang menjadi tujuan hidup mereka.
“Dan (Tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai Tuhan. apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?". (Ali Imran : 80)

Ulama bangsa Yahudi memalingkan tujuan hidup para pengikutnya dari menuju Allah menjadi menuju ulama mereka.
“Mereka menjadikan ahbar (orang-orang alim bangsa Yahudi) dan ruhban (orang-orang alim umat Nasrani) sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, padahal mereka Hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”. (At Taubah : 31)

Sangat sulit memikirkan dari mana kita, umat Islam harus memulai kembali. Mungkin dalam skala kecil, mulailah dari diri kita sendiri beserta keluarga.

Baca juga Sejarah Yerusalem

Ingin dikirim tulisan baru? masukkan address email :

Delivered by FeedBurner



1 komentar:

  1. Bagus om Dod tulisan2nya, saya sucscribe, update teyus yaa ...

    BalasHapus