Selasa, Juli 29, 2008

Karena Rahmat-Nya


Rahim dijadikan nama untuk salahsatu organ tubuh perempuan tempat tumbuhnya janin. Konstruksi dan sistem kerja rahim telah dibuat sangat baik dan tepat untuk pertumbuhan janin. Segala kebutuhan janin ketika di dalam kandungan diberikan tanpa henti. Begitu pula hal-hal yang akan dibutuhkan di masa yang akan datang, di masa setelah janin itu terlahir menjadi seorang manusia, telah dipersiapkan ketika janin itu di dalam rahim. Semua itu diberikan Allah dengan sempurna, tanpa henti bahkan tanpa pernah diminta. Kita semestinya menyadari betapa besar dan hebat kasih sayang-Nya.

Maka nama rahim untuknya adalah nama yang sangat tepat. Nama ini telah diberikan oleh Allah. Nama ini dibentuk dari salahsatu nama-Nya, yakni Ar Rahman, Yang Maha Pengasih. Karena disana ada kasih sayang-Nya yang tercurah. Dalam sebuah hadits qudsy dinyatakan firman-Nya :
“Aku adalah Ar Rahman, Aku menciptakan rahim dan aku bentuk untuknya sebuah nama dari nama-Ku. Barang siapa menyambungkan rahim itu (silaturrahim) maka Aku menyambungkan dia dan barangsiapa yang memutuskan rahim itu maka aku memutuskan dia”
(H.R. At Tirmidzi dari Abdurrahman bin Auf)

Ketika janin itu telah lahir di bumi sebagai seorang bayi, kasih sayang-Nya tetap nyata. Di antara kasih sayang-Nya dihantarkan melalui manusia yang disebut sebagai orang tua bayi itu. Padahal jika dipikir-pikir, bayi itu merepotkan orang tuanya, tetapi malah orang tuanya itu rela mengorbankan apapun untuk membela dan menyayangi bayinya. Ternyata, kecenderungan sikap untuk mencintai anak-anak telah dibuat-Nya menjadi fitrah manusia.
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”.
(Ali Imran (3) : 14)

Jika terus menelusuri nikmat dan kasih sayang-Nya, maka akan habis waktu kita tanpa keberhasilan menyebutkan semua nikmat-Nya itu. Coba kita sebutkan, ada berapa nikmat pada mata kita? Jangankan pada mata, berapa nikmat yang ada pada bagian dari mata, bulu mata misalnya. Wah, teramat sulit menghitung-hitung nikmat dan kasih sayang-Nya itu.
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
(An Nahl (16) : 18)

Jika mau menghitung secara matematis, apa yang harus kita lakukan untuk membayar segala nikmat-Nya yang telah diberikan kepada kita? Sanggupkah shalat kita yang tidak berkualitas ini membayar segala nikmat-Nya ini?. Jangan hanya shalat, semua yang kita anggap sebagai prestasi ibadah kita, telah sanggupkah membayar semua nikmat-Nya. Jangankan semua nikmat-Nya, nikmat diberi satu biji mata saja tidak akan terbayar oleh seluruh ibadah yang sudah kita lakukan. Bukankah jika ada orang yang mau membeli satu biji mata kita, kita tidak akan mau memberikannya, semahal apapun biji mata ini ditawar. Karena memang nikmat dan kasih sayang-Nya itu tidak bisa dinilai dengan apapun.

Apabila seluruh ibadah kita tak akan sanggup membayar nikmat-nikmat dari-Nya, maka apalagi kalau kita berharap agar ibadah kita itu bisa menebus surga. Surga adalah tempat yang dipenuhi segala nikmat-Nya. Surga adalah tempat yang sangat mahal. Mungkinkah ia bisa ditebus dengan seluruh ibadah kita? Sedangkan seluruh ibadah kita itu, untuk membayar nikmat-Nya saja tidak bisa, apalagi untuk menebus surga.

Ternyata benar apa yang dikatakan para ulama, bahwa jika seseorang masuk surga, maka sesungguhnya bukan karena amal ibadahnya. Tetapi hanyalah karena Rahmat-Nya, kasih sayang-Nya. Karena nilai ibadah seorang hamba tak akan sebanding dengan nilai surga. Lagi-lagi manusia tidak bisa lepas dari kasih sayang-Nya, hingga di akhirat sekali pun.

Dan perlu diingat, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah jalan untuk mendapatkan Rahmat-Nya. Ingat firman-Nya :
“Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi Rahmat”.
(Ali Imran (3) : 132)

“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
(At Taubah (9) : 71)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar