Kamis, Juli 24, 2008

Sekilas tentang Ahmadiyyah


Pengertian
Ahmadiyyah adalah sebuah golongan yang tidak hanya menghubungkan golongannya kepada islam tetapi juga mengaku bahwa mereka adalah golongan yang selamat dan merupakan representasi islam itu sendiri. Ahmadiyyah dikenal juga dengan nama Qadiyaniyyah atau Mirzaniyyah dan sekarang mereka menyebut golongannya dengan nama Jama’ah Islam Ahmadiyyah.

Ahmadiyyah didirikan oleh seseorang yang mengaku nabi, berasal dari Qadiyan, Mirza Ghulam Ahmad pada tanggal 23 Maret 1889, di kota Ludhiana, Punjab, India, sebuah kota yang disebut oleh kaum Ahmadiyyah dengan sebutan Darul Bai’ah (tempat bai’at).

Seandainya para pengikut Ahmadiyyah memahami hakikat ajaran Mirza Ghulam Ahmad Al Qadiyan, insya Allah mereka akan meninggalkan ajaran Ahmadiyyah ini. Hal ini dibuktikan oleh Hasan bin Mahmud ‘Audah, seorang mantan Ahmady dan aktifis Jama’ah Islam Ahmadiyyah. Pada bukunya yang berjudul Al Ahmadiyyah, ‘Aqaa-id wa Ahdaats (versi bahasa arab) atau Ahmadiyya, beliefs and Experiences (versi bahasa inggris), dia membeberkan bukti-bukti kesesatan golongan ini beserta bukti-buktinya.

Di dalam bukunya tersebut, Hasan bin Mahmud ‘Audah membeberkan bukti-bukti yang bersumber dari buku At Tadzkirah, yaitu buku yang dipercayai golongan Ahmadiyyah sebagai kumpulan wahyu dari Allah kepada Mirza Ghulam Ahmad dan buku Ruhani Khazain, yaitu buku kumpulan buku-buku, surat-surat dan perkataan Mirza Ghulam Ahmad. Diantara yang menjadi salahsatu kesulitan orang-orang dari golongan Ahmadiyyah untuk mempelajari buku-buku ini adalah karena bahasanya yang merupakan campuran bahasa inggris dan bahasa urdu.

Keyakinan
Diantara penegasan Mirza Ghulam Ahmad Al Qadiyan, pendiri Ahamadiyyah adalah :
“Allah telah menjadikanku sebagai seorang nabi dan telah memanggilku dengan sebutan tersebut dengan sangat jelas”. (Ruhani Khazain, jilid 15 hal. 134).

“Aku adalah Al Masih, aku adalah Al Kaliim (yang diajak bicara oleh Allah), aku adalah Muhammad dan aku adalah Ahmad yang terpilih”. (Ruhani Khazain, jilid 15, hal. 134)

“Allah telah menurunkan kepadaku wahyu ini “Muhammad adalah Rasulullah, dan orang-orang yang bersama dia adalah ……” (*). Di dalam wahyu ilahy yang ini aku disebut Muhammad dan disebut juga sebagai rasul”. (Ruhani Khazain, jilid 18, hal. 207).
[(*)Surat Al Fath : 29]

“Untuk menetapkan kerasulanku, sungguh Allah telah menurunkan banyak tanda-tanda (mukjizat) yang apabila tanda-tanda ini dibagikan kepada seribu nabi, maka para nabi itu akan ditetapkan sebagai rasul pula. Tetapi syetan-syetan dari kalangan manusia tidak mau membenarkannya”. (Ruhani Khazain, jilid 23, hal. 332).

“Aku bersumpah demi Allah, sungguh aku beriman kepada wahyu yang turun kepadaku seperti aku beriman kepada Al Quran dan kitab-kitab lain yang turunk dari langit. Dan sesungguhnya aku beriman bahwa wahyu-wahyu itu diturunkan kepadaku dari Allah sebagaimana aku beriman bahwa Al Quran diturunkan dari-Nya”. (Ruhani Khazain, jilid 22, hal. 220).

“Sesungguhnya aku menerima wahyu syari’at juga”. (Ruhani Khazain, jilid 17, hal. 430) (**).
[(**) Para pengikut Ahmadiyyah sering mengatakan bahwa Mirza Ghulam Ahmad tidak membawa syari’at baru, tetapi hanya melanjutkan syari’at Nabi Muhammad saw., berarti mereka tidak mengetahui perkataan nabi mereka yang ini.]

Orang yang mengaku nabi ini telah berani juga menganggap kafir kaum muslimin yang lain dengan pengakuannya bahwa Allah telah menyampaikan wahyu berikut ini kepadanya: “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengikutimu dan tetap berbeda denganmu, dia itu hanyalah pendosa kepada Allah dan rasul-Nya dan termasuk penghuni neraka jahim”. (At Tadzkirah hal. 342).

Di bagian lain dia mengatakan wahyu palsu : “Sungguh Allah telah menjelaskan kepadaku : “Sesungguhnya setiap orang yang sampai dakwahku kepadanya tetapi tidak menerimaku, maka dia bukanlah seorang muslim dan dia berhak atas siksa dari Allah”. (At Tadzkirah hal 600).

Anak Mirza Ghulam Ahmad, yang dijuluki Al Muslih Al Mau’ud (reformis yang dijanjikan) berkata: “Sesungguhnya kaum muslimin yang tidak berbai’at kepada Al Masih yang dijanjikan (Mirza Ghulam), baik mereka telah mendengar namanya ataupun tidak, mereka adalah orang-orang kafir yang sudah keluar dari lingkaran islam”. (A-inah Shodaqoot hal. 35)

Jama’ah Islamiyyah Ahmadiyyah dan Nabi palsunya (Mirza Ghulam) sudah membuat intisari akidah dan madzhabnya dengan berkata : “Sesungguhnya madzhabku dan akidahku yang sering aku sampaikan berulang-ulang adalah : sesungguhnya islam itu terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah ketaatan kepada Allah dan bagian kedua adalah ketaatan kepada Pemerintah Inggris…..” (Ruhani Khazain, jilid 6, hal. 38) (***)
[(***) Sangat jelas, bahwa nabi palsu ini adalah orang yang mengorbankan islamnya demi membela habis-habisan Pemerintah Inggris yang menjajah bangsanya saat itu. Karena seperti biasanya, imprealis Eropa pada masa penjajahan takut terhadap munculnya semangat jihad dari kaum muslimin. Mereka tidak takut jika kaum muslimin menjalankan shalat, zakat dan ibadah-ibadah yang lainnya, tetapi mereka takut jika kaum muslimin memahami Al Quran dan menjalankan jihad. Mirza Ghulam Ahmad telah berusaha meredam semangat jihad ini sambil berusaha menarik simpati kaum muslimin dengan cara memuji-muji islam dan Rasulullah Muhammad saw.]

Sasaran
Ahmadiyyah telah membual mengenai kecintaannya terhadap islam dan usaha mereka untuk mempertahankan islam. Mereka memnyampaikan kutipan-kutipan yang dikatakan nabi palsu asal Qadiyan ini yang menyanjung Islam dan Rasulullah saw. Dan sangat jelas bahwa semua anggota kelompok ini adalah orang-orang yang sebelumnya muslimin dan hanya sedikit sekali yang berasal dari agama lain. Jadi sasaran yang paling penting Ahmadiyyah adalah mengajak kaum muslimin dengan caranya agar membenarkan kenabian Mirza Ghulam Ahmad asal Qadiyan dan membenarkan bahwa dia adalah Al Masih dan Al Mahdi yang dijanjikan.

Aktifitas
Memperkuat Pemerintah Inggris
Mirza Ghulam Ahmad dengan tegas menjelaskan kegiatan terpenting yang dilaksanakannya di masa hidupnya dengan mengatakan : “Aku sudah menghabiskan kebanyakan umurku untuk memperkuat dan membela Pemerintah Inggris”. (Ruhani Khazain, jilid 15, hal. 155)

“Sungguh aku telah menyebarkan 50.000 buku, surat dan bulletin di negeri ini dan di negeri islam lainnya yang menjelaskan bahwa Pemerintah Inggris adalah pemilik kelebihan dan anugrah. Dan sesungguhnya wajib bagi semua muslim untuk mentaati pemerintah ini dengan sebenar-benarnya ketaatan”. (Ruhani Khazain, jilid 15, hal. 114)

Mengumpulkan kekayaan
Pendiri Ahmadiyyah telah berambisi mengumpulkan harta yang banyak sampai menurut sangkaannya, dia itu telah menerima 50.000 ilham dan mimpi yang berkaitan dengan masalah harta dan hadiah. Dia berkata :
“Ingatlah, bahwa diantara kebiasaan Allah bersamaku adalah Dia selalu memberitahukan kepadaku melalui ilham atau mimpi mengenai kedatangan uang dan hadiah untukku sebelum aku menerimanya. Dan sungguh ilham dan mimpi semacam ini telah terjadi lebih dari 50.000 kali”. (Ruhani Khazain, jilid 22, hal. 346).

Pada tanggal 5 Maret 1905M Mirza Ghulam berkata : “Aku bermimpi bertemu seorang malaikat dengan bentuk manusia. Dia datang di depanku dan memberiku uang yang banyak. Dia menyimpannya di kamarku. Maka aku bertanya mengenai namanya. Dia menjawab : “Aku tidak memiliki nama”. Maka aku berkata : “Engkau pasti punya nama”. Maka dia menjawab : “Namaku Tichee Tichee”. (Ruhani Khazain, jilid 22, hal. 346).

Dengan demikian, telah nyata bahwa ambisi kaum Ahmadiyyah untuk mengumpulkan harta itu sangatlah besar. Bagi setiap orang Ahmadi harus menyerahkan 6.25% penghasilan bulanannya untuk administrasi jamaahnya. Hal ini disebut donasi umum. Dan bagi seorang Ahmadi yang berwasiat ingin dikuburkan di pekuburan surga yang telah dibangun Mirza Ghulam bagi para pengikutnya di Qadiyan, harus menyerahkan tidak kurang dari 10% penghasilan bulanannya. Dan wajib pula baginya untuk mewasiatkan paling sedikit 10% harta peninggalannya bagi golongan Ahmadiyyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar